Resensi Novel "Manusia Setengah Salmon" Karya Raditya Dika
A. PENDAHULUAN
1.
Judul Novel
:
Manusia Setengah Salmon
2.
Penulis
: Raditya
Dika
3.
Penerbit
: GagasMedia
4.
Tahun Terbit : Cetakan pertama, 2011
5.
Jumlah Halaman : 264
halaman
6.
Pelaku
: Dika, Edgar, Mama Dika, Papa Dika, Pito, Perek dan sahabat Dika
7. Sinopsis :
Ada satu hal yang membuat buku ini nampak berbeda dari
buku-buku sebelumnya. Manusia Setengah Salmon bukan hanya sekedar novel komedi
belaka. Bukan hanya kumpulan kalimat candaan yang tidak bermakna. Buku ini
menonjolkan unsur kehidupan sosial dalam balutan humor. Menceritakan tentang
berbagai macam hal menyedihkan yang sebenarnya ada celah dan pelajaran yang
bisa kita ambil dari hal-hal tersebut. Salah satu bagian yang menjadi primadona
adalah ketika Raditya Dika mencoba menceritakan tentang kegelisahannya sewaktu
ia baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya. Sama seperti kebanyakan orang, hal
pertama yang dirasakan ketika putus cinta adalah kesedihan, kegalauan, dan
kekecewaan. Tapi, Manusia Setengah Salmon berhasil meyakinkan bahwa tidak semua
hal menyakitkan harus berakhir dengan kesedihan. Seperti pada cerita yang
berjudul Sepotong Hati di Dalam Kardus Cokelat. Bercerita tentang dua peristiwa
yang sama tapi berbeda konteks, putus cinta dan pindah rumah. Secara
kontekstual, tidak ada kesamaan antara keduanya. Tetapi buku ini secara
gamblang menjelaskan bahwa kedua peristiwa tersebut adalah hal yang
serupa. Iya, perpindahan. “Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan.
Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk
pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang
bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita
harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong.” Raditya
Dika mengibaratkan putus cinta sama halnya dengan pindah rumah. Saat dimana
seseorang harus bisa merapikan barang-barang dan memasukkannya ke dalam sebuah
kardus untu nantinya diikat dan tidak pernah tahu kapan kardus itu akan dibuka.
Sama seperti putus cinta bukan? Maka dengan cerdas, kegelisahan ini langsung
dialihkan melalui sebuah dialog antar tokoh dengan menyelipkan beberapa
banyolan ringan yang sama sekali tidak melunturkan efek mellow dari cerita
tersebut. Hingga pada akhirnya, cerita tentang ‘perpindahan’ ini diakhiri
dengan sebuah paragraf singkat. “Gue berhenti melamun, melanjutkan memasukkan
beberapa buku ke kardus. Lalu, gue melihat Nyokap, mengangguk pelan. Kardus
terakhir gue tutup dengan lakban, lalu gue angkat untuk bergabung dengan yang
lainnya. Sambil berharap, tidak ada yang tertinggal.” *** Materi lain yang
membedakan Manusia Setengah Salmon dengan buku-buku sebelumnya adalah
penonjolan unsur kekeluargaan. Ada salah satu cerita, yang nampaknya didedikasikan
untuk Ibu dari sang penulis. Judulnya adalah Kasih Ibu Sepanjang Belanda.
Disini diceritakan tentang perjalanan penulis selama seminggu di negeri
Belanda. Namun selama itu, Raditya Dika selalu saja dihubungi oleh Ibunya
karena khawatir akan keadaannya. Berkali-kali sampai akhirnya ia memutuskan
untuk tidak mempedulikan bunyi telepon. Singkat cerita, ada sebuah peristiwa
yang akhirnya menyadarkannya bahwa sebenarnya terlalu perhatiannya orang tua
adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima.
B.ISI
1. Tema : Tema yang diangkat tentang humor.
2. Alur : Jika dilihat dari jalan ceritanya, novel
ini menggunakan alur cerita maju-mundur.
3. Sudut
Pandang Dalam Novel ini, sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama
sebagai tokoh utama.
4. Penokohan Penggambaran tokoh dalam novel
ini jelas yaitu si penulis itu sendiri Raditya Dika mengisahkan tentang
kebodohan – kebodohan dirinya.
Dika
:konyol,lucu,pemarah,pemalu
Edgar :sabar,sok tahu.
Mama Dika : perhatian,penakut
Papa
Dika : perhatian,pekerja keras
Pito
: sabar,penakut
Perek
: sabar,penakut
5. Gaya
Bahasa : Bahasa yang digunakan dalam novel
Manusi Setengah Salmon adalah bahasa.
6.Amanat : Nikmatilah perhatian orang tua yang berlebihan selagi kita
mendapatkannya, walaupun menyebalkan, karena ketika mereka tidak ada kita pasti
merindukan hal-hal menyebalkan tersebut. Melakukan hal-hal bersama keluarga
adalah hal yang paling indah, walaupun cuma senam kentut bersama.
7. Setting · Tempat : Belanda,Italia,Rumah,Restoran,Hotel
· Suasana:
Sedih,Bahagia,Konyol,Tegang,galau
Penilaian
:
1.
Kekurangan dalam novel ini adalah banyak cerita yang tidak nyambung dan
terkesan tidak masuk akal. Misalnya, “Kita benar-benar tua di jalan. Saking
tuanya gue di jalan gara-gara macet, bukan tidak mungkin beberapa tahun lagi,
saat gue pergi dari rumah ke mal pas pulang ke rumah, gue udah punya istri lengkap
dengan tiga orang anak. Dan salah satu dari anak gue lagi hamil muda”.
2. Kelebihan dari novel ini, Raditya Dika banyak
memberikan pesan-pesan moral yang baik. Misalnya, “ Kalau mau dipikir-pikir,
terkadang terlalu baik bisa membuat pacar kita takut. Kadang, kalau terlalu
cuek, juga bikin dia marah. Masing-masing cewek/cowok punya kebiasaannya
sendiri. Salah satu cara untuk meluluhkan seorang cewek/cowok adalah dengan
meluluhkan keluarganya. Dan cara untuk meluluhkan keluarga seseorang adalah
menerima dan mengikuti kebiasaan mereka”.
C.
Kesimpulan
Dari
resensi novel Manusia Setengah Salmon yang saya buat ini, bahwa novel Manusia
Setengah Salmon layak untuk dibaca kalangan remaja maupun dewasa.
Comments
Post a Comment